Anand Nagar merupakan perkampungan kumuh utama dan tertua di Kalkuta,India. Kota inilah yang memberikan gambaran pertama pada saya tentang India. Kota yang amat sangat kumuh. Kota ini memiliki tingkat kepadatan penduduk yang bisa dibayangkan sendiri apabila 70.000 jiwa tinggal di lahan yang luasnya tidak lebih dari 2 kali luas lapangan sepakbola. Kawasan yang “semrawut” ini tidak hanya dihuni oleh manusia saja, akan tetapi juga dihuni oleh ribuan ternak mereka seperti sapi, kerbau,dll. Penduduknya kerap diterpa cuaca panas, kemiskinan, dan pengangguran. Wabah sampar, polio, kolera, TBC, malnutrisi akut, busung lapar dan lepra menggrogoti tubuh mereka bagai api yang menjilati tumpukan jerami. Ribuan orang tak sampai usia 40. Begitulah India seperti yang digambarkan dalam buku The city of joy karya Dominique Lapierre tahun 1985.
Gambaran tentang India diatas masih melekat di benak saya sampai pada tahun 2010 lalu, saya diperkenalkan oleh salah seorang dosen pengampu saya tentang negara-negara “BRIC”. Yaitu negara-negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang luar biasa hebat. Dan yang lebih hebatnya lagi, India masuk di dalamnya. Padahal sekitar 2 dekade yang lalu, India masih dianggap sebagai negara miskin. Ternyata perekonomian India mulai bangkit, dan bahkan, bukan tidak mungkin India menjadi raksasa ekonomi baru menggusur posisi Amerika Serikat.
Saat ini posisi India telah menjadi raksasa IT dengan menguasai sekitar 70% pangsa pasar IT outsourcing di Dunia. Hampir seluruh perusahaan multinasional di bidang IT “menggelontorkan” investasinya di India. Dan membangun kantor di india, terutama di sebuah kota yang bernama Bangalore. Bangalore dewasa ini tumbuh menjadi pusat kota IT yang mirip dengan “silicon valey” yang ada di California Amerika Serikat, dimana seluruh perusahaan IT terbesar di dunia berkantor pusat di wilayah itu.
Kesuksesan India dalam memajukan perekonomiannya ini dipengaruhi oleh beberapa hal. Masa perubahan ini dimulai pada tahun 1991, dimana India mulai membuka diri pada negara lain dan mulai meninggalkan paham sosialis yang dilakoninya sejak kemerdekaan. Jawarhal Nehru, perdana menteri pertama India yang membawa India menuju kemerdekaan, adalah seorang sosialis garis keras. Sehingga politik luar negeri yang dilakoni India dari sejak kemerdekaannya berkiblat pada Uni Soviet. Setelah Soviet runtuh, tahun 1991 P.V. Narasimha Rao menjadi perdana menteri dan membuat kebijakan penting dalam perubahan ekonomi. Banyak kontrol pada pihak-pihak swasta dihapus dan India mulai membuka diri pada investasi asing. Dari saat itulah para investor asing mulai bisa menanamkan modalnya di India.
Pendidikan India juga menjadi salah satu faktor penyebab keberhasilan India yang perlu mendapat perhatian. Sejak awal kemerdekaannya, pemerintah india memang sangat memperhatikan pendidikannya terutama pendidikan tinggi di bidang teknologi. Terbukti 3 tahun setelah kemerdekaannya, parlemen India menetapkan Institut Teknologi India (IIT) sebagai pusat keunggulan nasional. IIT yang secara finansial didukung penuh oleh pemerintah pusat itu sangat berperan besar menciptakan puluhan ribu pakar IT di dunia.
Karena pada saat itu perekonomian india masih berkiblat pada Soviet, yang tidak memungkinkan para lulusan itu untuk diserap di negaranya, maka pakar-pakar IT yang dihasilkan oleh India itu kemudian menyerbu Amerika untuk mengaktualisasi ilmu dan keahlian mereka pada perusahaan-perusahaan berteknologi tinggi. Semula kepergian orang-orang pintar India sempat merisaukan pemerintah dan dianggap sebagai brain drain bagi India. Namun, dalam perkembangannya, mereka yang telah mengaktualisasi ilmu dan kemampuannya di negara maju itu justru menjadi “angel investor” bagi India dalam hal teknopreneurship. Para pakar IT yang telah sukses di luar negeri kemudian kembali ke India untuk berinvestasi dan berupaya untuk memajukan negaranya sendiri melalui orang-orang muda berbakat yang banyak ditemui di perguruan-perguruan tinggi India. Hal ini sangat memicu para pemuda di India untuk kemudian berlomba-lomba memasuki perguruan tinggi di bidang teknologi.
Sejalan dengan itu, dengan dibukanya peluang bagi investor asing untuk menanamkan modal di India, menjadikan perusahaan-perusahaan besar menganggap india sebagai “bor” yang runcing, yang dapat digunakan untuk menggali emas jauh lebih dalam lagi. Tenaga yang terampil serta kemampuan berbahasa inggris yang baik menjadi modal terbesar bagi masyarakat India. Perusahaan-perusahaan besar juga tertarik karena mereka dapat menghemat biaya produksi yang cukup besar daripada menggunakan orang-orang di negri-negri barat.
Dengan kemampuan yang bisa dibilang sepadan, upah kerja bagi tenaga-tenaga di India jauh lebih murah dibandingkan dengan orang-orang Eropa atau Amerika. Kemampuan para teknopreneur muda dalam menghasilkan inovasi-inovasi teknologi baru dengan didukung modal yang kuat untuk terus melakukan riset itulah yang membuat India menjadi salah satu negara produktif dalam menghasilkan produk-produk IT. Dengan melihat kenyataan yang terjadi, India telah berubah menjadi negara yang menjadi pilihan terbaik bagi perusahaan-perusahaan besar untuk memindahkan sebagian pekerjaannya atau yang lebih dikenal dengan istilah outsourcing.
0 komentar:
Posting Komentar Posting Komentar