happy blogging...^^ contact me on : benidektus_jb@yahoo.co.id

Senin, 03 Agustus 2009

Yang merdeka Kamu atau Dia ???


Bulan ini selalu ditunggu-tunggu, ya…bulan ini bulan agustus. Bulan dimana “independence day” bwat Indonesia dirayakan pada salah satu hari di bulan ini.

Ada kesakralan dan ritual. Ada rejeki yang mengalir dengan kedatangannya. Apalagi kalau bukan dari bisnis bendera. Umbul-umbul, dan lainnya. Sepanjang jalan raya meriah oleh warna sang bendera.
Tak itu saja. Setiap warga memancang bendera bagi rumah. Gang, jalan, perumahan dan perkampungan, semarak seketika. Semua berhias dan memeriahkan lingkungan. Demi penyambutannya.

Ketika hari itu tiba, semua menggelar perayaan. Ada lomba, olah raga, dan permainan rakyat. Ada panjat pinang, tarik tambang, balap karung, lomba sampan, makan kerupuk, dan lainnya. Semua menyatu dan merayakan. Tak ada batas. Kanak. Remaja. Orang tua. Melayu. Dayak. Tionghoa. Bugis. Jawa. Madura. Batak, dan lainnya. Semua menyatu. Dalam jalinan kebersamaan nan padu. Bahkan pagi ini saya mendengar bahwa tagline untuk radio Swaragama fm Jogja untuk bulan ini adalah ”banyak warna satu cinta” menurut saya, ini merupakan bentuk lain dari bhineka tunggal ika...

Semua menyambut dengan antusias. Memperingati dan merayakannya. Itulah hari Kemerdekaan 17 Agustus. Ada emosi tertumpah pada perayaan ini.
Tak sedikit, hanya melakukannya sebagai ritualitas belaka. Bahkan, tak jarang yang sudah kehilangan makna.

Sebenarnya tidak ada yang salah dalam peringatan dengan segala seremony dan ritualnya. Sebagai elemen dari budaya, seremoni dan ritual dibutuhkan untuk mendukung sisi emosional dari kebangkitan. Masalahnya,

jika kebangkitan hanya berhenti sebatas seremoni dan ritual maka peringatan itu tidak mengubah apapun.

Dampak yang diharapkan dari peringatan ini adalah lahirnya sikap optimisme dan perasaan merdeka. Namun, dari kacamata saya, justru pesimisme lebih dominan dalam diri kita semua.

Sebenarnya saya secara pribadi masih bersyukur karena masih ada yang mau merayakan pitulasan (begitu cara orang jawa menyebut hari kemerdekaan..) dengan berbagai macam lomba seperti makan krupuk dan panjat pinang. Tetapi hanya itu yang mampu membuat saya terhibur, yang lainnya saya masih prihatin karena kita belum bisa merdeka dalam arti sebenarnya.

Berbicara tentang makan kerupuk dan panjat pinang, saya jadi teringat akan percakapan antara 2 orang...
“lomba makan kerupuk itu khan sindiran rakyat terhadap cita-cita kemerdekaan...”
“koq bisa km bilang gitu??
“itu khan ejekan bwat para pemimpin yang masih konsisten dalam menyelenggarakan kemiskinan bagi rakyatnya. Sehingga untuk makan sebuah kerupuk saja, masyarakat masih harus bersusah payah...ha..ha...ha...”
“lha kalo panjat pinang???”
“lihat itu...orang orang yang menyangga di bawah menjadi tumpuan orang yang manjat ke atas. Yang di bawah meringis kesakitan menyangga beban, sementara yang diatas tertawa kegirangan karena berhasil memetik hadiah...”

Bagi saya di usia negara kita yang hampir menginjak 64 tahun ini, hari kemerdekaan maknanya masih sama dengan tradisi panjat pinang itu, mereka yang dibawah masih diminta menjadi tumbal bagi kemakmuran sekelompok kecil manusia yang bertengger nun jauh diatas....

Hanya di Indonesia...
Indonesia Unite