happy blogging...^^ contact me on : benidektus_jb@yahoo.co.id

Sabtu, 22 November 2008

Bebas…bebas…bebas….

Perasaan inilah yang selama ini yang diinginkan oleh hampir setiap pelajar di Indonesia. Biasanya setelah selesai menjalani sebuah ulangan umum atau semacamnya, para pelajar ini meluapkan kegembiraannya karena mereka telah mendapatkan kebebasan. Tentu saja kebebasan yang mereka dapatkan adalah kebebasan dari belajar. Hal ini tidak dapat dipungkiri lagi karena dewasa ini banyak sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta yang meliburkan siswanya pada hari-hari setelah ulangan umum sampai penerimaan rapor.
Memang apabila difikir-fikir tidak ada gunanya juga mereka berada di sekolah. Pergi ke sekolah seakan hanya sebuah formalitas. Para guru pun bersikap demikan. Mereka lebih memilih sekolah diliburkan karena waktu yang mereka gunakan untuk mengajar itu dapat mereka gunakan untuk mengoreksi hasil ulangan para siswa. Namun, terkadang pada guru cenderung bersifat egois. Mereka lebih mementingkan pekerjaan mereka daripada kegiatan para anak didik mereka. Hasilnya, para siswa yang tentu saja senang apabila diberi libur, menghabiskan waktunya dengan berkeliaran di berbagai tempat tanpa tujuan yang jelas.
Melihat dari permasalan di atas, ternyata ada yang menarik terjadi di SMA Kolese De Britto Yogyakarta. Sekolah yang memiliki ciri-ciri kebebasan yang diberlakukan kepada siswa-siswanya ini, ternyata lebih memilih untuk tidak meliburkan siswa-siswanya. SMA Kolese De Britto ternyata memiliki arti kebebasan yang tersendiri. Kebebasan yang dimiliki oleh SMA ini tidak lantas membebaskan siswa-siswanya semau mereka sendiri.


SMA Kolese De Britto memiliki tanggung jawab luar biasa akan siswa-siswanya. Di sela-sela waktu luang tersebut, Kegiatan belajar-mengajar tetap berjalan seperti biasa. Sekolah tidak menginginkan para sisiwanya luntang-lantung tidak jelas kemana arah tujuan. Orang tua siswa bekerja membanting tulang hanya untuk anak mereka bersekolah. Tentunya apabila melihat anak mereka terus menerus diberikan libur maka akan timbul setitik rasa kecewa para orang tua. Sebuah kebebasan diberikan pada para siswa tentu saja harus dibarengi dengan tanggung jawab. Itulah yang dimaksud dengan bebas yang bertanggung jawab.
Biasanya di waktu luang seperti itu akan diisi dengan berbagai macam kegitan yang berguna bagi pengembangan diri siswa. Tetapi, kegiatan itu juga tidak melulu kegitan yang sifatnya pengembangan kognitif saja. Melainkan pengembangan diri yang sifatnya psikomotorik dan afektif harus juga berkembang dalam diri siswa. Atau mungkin diisi dengan kegiatan yang beracuan pada pendidikan nilai. Inilah yang membedakan antara kebebasan yang diberikan di sekolah-sekolah pada umumnya dan kebebasan yang ada di De Britto.