Perubahan adalah sebuah keharusan. Siapa yang tidak berubah, ia akan mati. Itulah stigma yang menyebar pada masyarakat selama ini. Bahkan menurut teori evolusi darwin, makhluk hidup yang tidak mau mengikuti perubahan alam maka makhluk itu akan mengalami kematian atau bahkan kepunahan. Bagitu pula seleksi alam yang terjadi di bahtera kehidupan kita. Bagi siapapun yang tidak mau mengikuti perkembangan jaman dan berubah, maka orang itu akan terlindas.
Dewasa ini yang dibutuhkan bukan lagi the right man in the right place tetapi sudah berubah menjadi the best man in the right place. Jadi apabila seseorang enggan untuk selalu memperbaiki diri maka ia akan terus jalan di tempat dan tidak akan maju. Jadi intinya, selama masih hidup kita harus terus menerus berubah agar dapat mengikuti perkembangan jaman yang terus bertambah maju. Tetapi terdapat berbagai macam alasan manusia untuk tidak berubah. Ada saja yang pasti menghambat kita untuk melakukan perubahan. Tetapi saya yakin bahwa saya memiliki sesuatu banih keunggulan untuk dapat melakukan perubahan.
Dalam kuesioner yang telah saya isi, saya menemukan banih-benih keunggulan yang ada dalam diri saya ini. Benih benih itu saya temukan dalam unsur-unsur yang dalam bahasa inggris diberi akronim OCEAN. Unsur-unsur itu adalah Openness to Experience (keterbukaan pada pengalaman), Conscientiousness (keterbukaan hati nurani), Extroversion (keterbukaan terhadap orang lain), Agreeableness (keterbukaan terhadap kesepakatan) dan Neuroticism (keterbukaan terhadap tekanan)
Kelima unsur diatas sebernarnya saya miliki semuanya, hanya saja dalam diri saya kadarnya bervariasi. Sebenarnya kadar kelima unsur tersebut bukan sebuah kepastian yang belum pasti. Jadi, kelima unsur itu dapat dibentuk, dikembangkan atau dibiarkan terus merosot dan mati. Jadi kita harus selalu mengasahnya dan terus membangun diri. Begitu pula yang saya lakukan, saya selalu mengasah unsur unsur tersebut agar unsur-unsur tersebut menjadi kuat dalam diri saya.
Di sini saya akan memaparkan keadaan kepribadian saya seperti yang digambarkan oleh kuesioner yang saya isi. Pada bagian I unsur yang dibicarakan adalah Openness to Experience. Saya adalah termasuk pribadi yang menarik dalam situasi yang chaos, yang menutut adanya pembaharuan. Saya memiliki suatu kebijakan yang berpotensi mengembangkan kearifan, memajukan organisasi di masa depan dan mengmbangkan manusia. Di situ juga dikatan bahwa saya mau mengambil resiko dengan cara berpikir yang berbeda dan tidak terbelenggu oleh tradisi. Kemudian disitu juga dikatakan bahwa keterbukaan dan pengalaman dapat membawa saya sebagai pembaharu yang menantang cara-cara pandang lama.
Dalam unsur ini saya merasa kuat. Saya merasa hal ini sungguh-sungguh sesuai dengan kepribadian saya yang sebenarnya. Saya selalu melihat sesuatu tidak hanya dari satu sisil, melainkan dari berbagai sisi. Hal ini saya pelajari dari buku 7th habits. Di buku itu saya diajari untuk melihat sesuatu tidak dari satu sudut pandang melainkan dari berbagai sudut pandang.
Saya juga tidak selalu terpaku pada sebuah tradisi atau stigma yang berkembang dalam masyarakat yang umumnya menjadi pedoman dalam berkehidupan. Bukannya saya terlahir sebagai kelompok penentang, namun saya berusaha berbuat apapun yang menurut saya baik dengan tidak menghiraukan kepentingan masyarakat banyak. Hal ini seperti yang tertuang dalam nilai-nilai yang mendasari SMA Kolese de Britto. Disitu dikatakan ”para siswa didik dalam suasana kebebasan, yaitu yang mampu mengambil sebuah keputusan dan bertindak sesuai dengan hati nurani yang benar, tidak terbelenggu oleh gengsi, materi, atau kecenderungan untuk ikut-ikutan saja. Manusia yang bebas adalah manusia yang mandiri dan bertanggung jawab atas pilihan dan tindakannya.”
Saya juga melihat bahwa Marthin Luther King, memiliki kekuatan dalam unsur ini. Pasalnya, ia menghapuskan diskriminasi ras antara kulit hitam dan kulit putih yang terjadi di Amerika Serikat. Ketika orang kulit hitam sudah merasa bahwa orang kulit hitam menjadi budak orang-orang kulit putih adalah sebuah takdir yang tidak dapat dirubah, King justru melihat bahwa belief itu tidak dapat diteruskan lagi. Saya pun terus berusaha mencari celah-celah kebenaran yang ada dalam kepercayaan yang salah.
Bagian ke-2 dalam kuesioner ini membahas tentang unsur Conscientiousness atau apabila diartikan dalam bahasa Indonesia berarti keterbukaan hati. Saya adalah termasuk pribadi yang persisten, termotivasi tinggi untuk menyelesaikan perubahan, tidak mudah menyerah atau menggampangkannya. Dikatakan juga bahwa saya adalah seseorang yang dapat diandalkan dan apapun yang saya capai adalah adalah cermin dan jati diri saya yang sebenarnya, bukan gelar semata-mata yang diperolah dengan cara menyogok. Menurut penjelasan, saya adalah seorang yang bekerja dengan terorganisir. Meski tidak selalu rapih dan tertib, saya tahu kapan harus selesai apa dan bagaimana menyelesaikannya. Saya bekerja konseptual, step by step, sistematis dan penuh tanggung jawab.
Saya merasa bahwa saya hidup dengan penuh motivasi tinggi yang tertanam dalam diri saya. Saya cenderung tidak perlu didorong-dorong. Saya sangat menghargai waktu dan berkerja selalu dengan target. Menurut saya seorang yang ingin selalu berubah adalah orang yang memiliki kedisiplinan, cara kerja yang sistematis, mampu berpikir logis sehingga dapat diandalkan.
Seorang yang menarik hati saya adalah sosok seorang Bunda Teresa. Ia mampu untuk membuka hati bagi orang yang menderita kusta. Disaat para dermawan hanya mampu untuk menyumbangkan uangnya tanpa berani untuk mendekat. Bunda Teresa dengan senang hati mau untuk merawat mereka dengan sepenuh hati dan cinta kasih. Saya merasa kagum dengan sosok Bunda Teresa, keterbukaan hati yang beliau tunjukkan begitu simpel dan sederhana, tetapi mampu membuat orang lain merasa bahagia. Walaupun mereka dijauhi oleh orang-orang namun ternyata, masih ada saja orang yang mau untuk membuka hati bagi mereka.
Saya berusaha untuk menjadikan Bunda Teresa sebagai teladan saya. Saya mencoba untuk selalu peduli dengan orang-orang di sekitar saya tanpa memandang statusnya. Memang hal ini bagi saya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, seperti yang sudah saya katakan diatas bahwa unsur-unsur ini masih dapat diasah terus-menerus. Hingga akhirnya saya dapat juga menjadi kuat dalam keterbukaan hati.
Pada bagian ke-3, kuesioner ini membahas tentang Extroversion atau apabila dalam bahasa Indonesia berarti keterbukaan terhadap orang lain. Seorang yang mau untuk berubah adalah seorang yang extrovert, terbuka terhadap orang lain. Sifat terbuka terhadap orang lain adalah salah satu unsur yang paling penting harus dikembangkan. Menurut saya seorang yang menutup diri dari orang lain menandakan bahwa orang itu tidak menyukai dengan adanya sebuah perubahan. Misalnya saja ketika saya sedang berbincang dengan kakek saya.
Sebenarnya perbincangan saya dengan kakek saya adalah sebuah perbincangan yang sederhana mengenai penggunaan helm pengendara sepeda motor. Kakek saya adalah seorang veteran yang menghabiskan masa purna tugasnya dengan beristirahat di rumah. Setelah pensiun kegiatannya hanya sekedar berada di dalam rumah dan tidak pernah pergi bergaul dengan orang di luar rumah.
Jangankan untuk bergaul hingga keluar perumahan. Bahkan dengan tetanggapun jarang untuk berbincang. Kakek saya memang memiliki sifat yang tertutup. Pada saat itu saya datang ke rumah kakek dengan menggunakan sepeda motor. Ketika itu saya menggunakan helm yang baru saya beli. Saat itu kakek bertanya pada saya mengapa saya selalu menggunakan helm saat saya berkunjung. Saya dengan spontan tertawa. Lalu saya menjelaskan bahwa itu adalah sebuah peraturan yang dibuat oleh polisi. Beliau lantas memaki-maki polisi. Beliau bertanya tentang siapa yang membuat peraturan aneh seperti itu. Beliau masih menganggap bahwa pada jaman dahulu untuk pergi kemana-mana tidak perlu menggunakan helm. Padahal tujuan polisi membuat aturan itu adalah baik. Itulah hasilnya apabila seseorang terlalu menutup diri sehingga tidak mampu untuk mengikuti perkembangan jaman.
Bagi saya, saya adalah orang yang selalu mengikuti perkembangan jaman. Namun, saya tidak lantas terbawa arus perkembangan jaman. Saya juga punya penyaringan yang saya gunakan untuk menyaring hal-hal yang tidak pantas untuk saya ikuti. Saya lebih dapat memilah-milah mana yang baik dan mana yang membuat saya semakin terpuruk.
Pada bagian ke-4 hal yang dibicarakan adalah mengenai Agreeableness atau keterbukaan pada kesepakatan. Saya adalah pribadi yang cenderung lebih percaya dan lebih relasional dalam membuat keputusan, tidak mudah tersinggung dan lebih kreatif. Saya beranggapan bahwa peraturan dibuat untuk manusia, dan supaya adaptif maka diperlukan kelenturan-kelenturan. Saya tidak suka mempermasalahkan suatu masalah kecil, tetapi saya cenderung tidak mempersulit sepanjang itu dilakukan untuk kehidupan yang labih baik dan lebih relevan. Di situ juga dikatakan bahwa saya dapat ”memilih” siapa-siapa saja yang harus saya tekan dan hadapi, dan mana yang masih dapat dibina.
Bagi saya, saya adalah seorang yang cinta damai. Sebisa mungkin saya menghindari konfrontasi, tetapi bila diperlukan saya akan selalu memiliki keberanian untuk menghadapinya. Sebagai contoh, ketika saya sedang ada sedikit permasalahan dengan beberapa teman di lingkungan ruma saya, saya menghadapinya dengan kepala dingin dan sangat menghindari adanya perkelahian. Bukannya saya takut untuk berkelahi dengan mereka namun, dibalik semua kejadian itu hanya terjadi sebuah kesalah pahaman diantara kami. Bagi saya prinsipnya adalah berani karena benar, takut karena salah. Dalam hal kesetian pada kesepakatan, ternyata saya juga telah melakukannya selama ini. Saya selalu setia pada kesepakatan yang telah disepakati bersama. Apabila ada kesepakatan yang tidak sesuai dengan pendapat saya, maka saya akan bicara sebelum kesepakatan itu dibuat.
Pada bagian ke-5 hal yang menjadi bahan perbincangan adalah tentang Neuroticism. Neuroticism adalah keterbukaan terhadap tekanan. Dalam kehidupan sehari-hari kita amat sering menghadapi sebuah tekanan. Baik itu tekanan yang muncul dari faktor intern maupun faktor ekstern. Saya cenderung lebih mudah menghadapi tekanan yang berasal dari faktor intern diri saya. Namun, bukan berarti saya tidak dapat menghadapi tekanan yang berasal dari luar. Saya adalah seorang yang memiliki keteguhan hati yang kuat untuk menghadapi tekanan. Memang, pada dasarnya tekanan dapat menimbulkan gangguan keseimbangan emosi. Apabila emosi terganggu maka dapat juga mengacaukan pengambilan keputusan, kejernihan berpikir dan relasi saya dengan orang lain. Untuk itu saya selalu dapat mengendalikan emosi saya agar tidak terjadi gangguan keseimbangan yang merajalela.
Saya sangat menyadari bahwa berkembangnya unsur-unsur OCEAN saya, banyak dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dan saya yakin saya harus dapat pandai-pandai memilih lingkungan pergaulan yang dapat mengasah unsur-unsur tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar Posting Komentar