Setiap agama dan kepercayaan memiliki kitab suci. Kemudian kitab suci ini dijadikan acuan dalam memberikan ajaran. Di dalam kitab suci itu dituliskan hal-hal yang suci dan penting bagi kehidupan pemeluk agama dan penganutnya. Dari situlah para umat percaya bahwa melalui kitab suci Tuhan menyampaikan firman-Nya. Umat itu sendiri menerima firman dengan cara membaca dan mendengarkan, dan itu juga diturunkan turun-temurun dalam tradisi kehidupan manusia. Dengan firman-Nya Tuhan mendekati dan menyapa umat-Nya. Umat yang beriman percaya kalau dengan firman tersebut Tuhan menghendaki agar semua manusia diselamatkan, mendapat kedamaian, kesejahteraan, ketentraman, dan kebahagiaan dalam kehidupannya. Semua umat yang beragama dan berkepercayaan yakin bahwa firman Tuhan itu harus menjadi pegangan hidupnya, karena firman itu mengandung perintah, tata cara, hokum, dan pedoman hidup. Bila ingin mencapai kebahagiaan maka orang haruslah percaya dan melaksanakan apa yang tersurat atau tersirat dalam firman Tuhan tersebut.
Bila firman Tuhan yang disampaikan melalui berbagai jalan itu diterima, diyakini, dan dihayati, pada hakikatnya terjadi relasi timbal-balik antara Tuhan dan orang yang menerima, yang meyakini, dan yang menghayatinya. Firman Tuhan tadi mendekati manusia, dan manusia menyebutnya dengan iman. Tapi firman Tuhan haruslah dilaksanakan dan tidak hanya diterima dan diyakini saja. Firman yang telah kita mengerti haruslah diwujudkan secara konkret dalam kehidupan sehari-hari dengan komitmen hati yang baik, perbuatan baik, pelayanan, pengabdian, dan perbuatan taqwa.
Umat beragama dan berkepercayaan berupaya untuk melakukan kegiatan dan menghayati hidupnya berdasarkan pada kitab suci agamanya, meningkatkan minat membaca kitab suci agamanya, menadalami dan memahami maksud ajaran yang diberikan oleh Tuhan melalui firman-Nya, dan menjadikan kitab suci sebagai pegangan hidup. Namun, yang menjadi keprihatinan sekarang ini adalah pada kehidupan nyata umat beragama dan berkepercayaan masih acuh tak acuh pada kitab suci, tidak peduli, tidak mau mempelajari dan mendalami, apalagi menghayati firman Tuhan tersebut.
Pada dasarnya, orang dianugerahi kebebasan untuk memilih, apakah mau percaya atau tidak percaya pada firman Tuhan. Orang bebas memilih sikap terhadap cinta Tuhan itu sehingga orang bebas memilih agama dan kepercayaan yang akan dianutnya.
Dalam realitas masyarakat, kebebasan itu masih belum dihargai dan belum terwujud secara konkret, masih ada kecurigaan antarpemeluk agama dan kepercayaan yang berbeda, karena orang yang beranggapan bahwa ajaran agama dan kepercayaannya sendiri yang paling benar. Padahal semua ajaran agama dan kepercayaan mengandung ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang baik. Semua menjunjung tinggi martabat manusia sebagai kenyataan yang luhur. Selain itu firman Tuhan yang tertuang dalam kitab suci mengandung ajaran yang mengajarkan bagaimana manusia hidup seturut jalan Tuhan dan kebaikan abadi. Tidak ada yang menyangkal bahwa firman Tuhan itu menjadi dasar ajaran agama dan kepercayaan, yang mempertemukan suatu kenyataan tunggal, yaitu keselamatan dan kebaikan semua orang.
0 komentar:
Posting Komentar Posting Komentar