Di dalam sebuah pembelajaran yang terjadi dimanapun, pasti akan ada saja nilai nilai yang yang membekas untuk kehidupan yang berkelanjutan nantinya. Adanya nilai-nilai tersebut juga tercermin dalam komunitas belajar di SMA Kolese de Britto. Hal ini sungguh saya rasakan benar di dalam keseharian saya belajar di De Britto. Saya merasa, selain diberi ilmu pengetahuan berupa aspek kognitif, sekolah ini juga memberi bekal ilmu pengetahuan dalam aspek afeksi atau tingkah laku. Hal ini sangat menjadikan saya berkembang secara seimbang baik dalam bidang ilmu pengetahuan, maupun dalam hal bersikap.
Beberapa hari yang lalu, bapak Sumardiyanta mengajak saya dan seluruh teman sekelas saya untuk mendengarkan sebuah presentasi yang telah beliau siapkan sebelumnya untuk sebuah acara di Jakarta.
Pada saat kami diajak untuk pergi ke ruang audiovisual, saya sempat merasa heran. Keheranan saya ini diakibatkan karena selama kurang lebih 16 bulan saya mengalami pendidikan bersama bapak Sumardiyanta, baru pertama kali ini beliau mengajak untuk melakukan proses pembelajaran di ruang audiovisual. Pikiran saya pada saat itu adalah bahwa beliau memiliki metode pembelajaran baru yang dilakukan di ruang audiovisual. Setelah sampai di ruang audiovisual, akhirnya saya mengetahui bahwa saya beliau ternyata akan memaparkan presentasinya. Saya saat itu juga kembali bertanya-tanya dalam hati. Apakah ada hubungan antara presentasi yang dipaparkan itu dengan pembelajaran yang sedang kita lakukan yaitu menyangkut mobilitas sosial? Sampai saat ini saya masih belum juga menemukan hubungan di antara keduanya. Tapi itu tidak penting, saya akan mengulas mengenai presentasi yang saya dengarkan.
Presentasi yang dibawakan dengan baik oleh Bapak Sumardiyanta berjudul ”Komunitas Pembalajar Bergelimang Values In Action”. Pada saat melihat tampilan awal pada saat memulai presentasi gambar yang ditampilkan cukup baik. Namun, pada saat memasuki slide-slide berikutnya saya sedikit kecewa dengan tampilan slide-slide tersebut. Gambarnya yang terlalu monoton membuat saya menjadi malas-malasan untuk membaca isi dari slide itu. Apalagi ditambah pemilihan warna text yang tidak kontras dengan warna layar yang ada dibelakangnya. Menurut saya pribadi, apabila beliau ingin memperlihatkan foto-foto tentang kegitan-kegiatan yang ada di De Britto, maka foto-foto tersebut sebaiknya diletakkan dalam slide tersendiri. Apabila diletakkan sebagai background dari sebuah slide yang ada tulisannya, selain tidak kontras, gambar yang ada menjadi tidak dapat dilihat secara utuh oleh para peserta. Saya lihat masih ada beberapa slide yang gambarnya menjadi tidak jelas dan tulisannya sulit untuk dibaca.
Untuk bagian isi, saya kira tidak ada yang dapat mengerjakan hal ini lebih baik dari pada Bapak Sumardiyanta. Materi-materi yang diusung oleh beliau adalah materi yang amat sangat menarik dan sangat dekat dengan keseharian kita. Beliau menyusun hal tersebut berdasarkan pengalaman mengajarnya selama di De Britto. Dari presentasi yang saya tangkap, saya dapat mengetahui bahwa sebenarnya aktivitas pembelajaran di De Britto ini memiliki banyak nilai-nilai yang tanpa kita ketahui menjadi kekuatan kita selama menjadi pelajar di kolese ini.
Bapak Sumardiyanta menyadari bahwa di De Britto, yang muridnya berasal dari berbagai suku, ras, dan agama, masing-masing memiliki keunggulan dalam berbagai hal termasuk memiliki kunggulan dalam nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap anak. Beliau memaparkan 24 nilai-nilai universal, yang kemudian dikelompokkan menjadi beberapa kelompok.
Sesuai dengan dasar pembuatan makalah ini yang didasarkan pada pengalaman mengajar. Bapak Sumardiyanta juga memberikan contoh-contoh konkret manusia-manusia De Britto yang memiliki kelebihan-kelebihan tertentu. Orang-orang itu adalah Amsal Victory, Bagus Arisotya, Elvan Wenas, dan Steven Agre. Saya sendiri mengakui dan percaya apabila mereka berempat adalah orang-orang hebat.
Yang paling saya ingat kehebatannya adalah Elvan Wenas. Ayah dan Ibunya meninggal akibat menjadi korban perampokkan. Memang sempat terlintas dalam benaknya untuk mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Hal itu ia lakukan karena ia berpikir bahwa tidak ada lagi orang yang dapat ia buat bangga dalam hidupnya. Namun, berkat ketegaran dan kekuatan yang ia miliki ia akhirnya dapat menghilangkan perasaan sedih itu dan memunculkan rasa pecaya diri dalam dirinya.
Secara keseluruhan cara penyampaian dan isi dari presentasi tersebut sangat bagus. Namun, ada beberapa kendala dalam hal tampilan yang disediakan. Memang hal itu tidak terlalu banyak berpengaruh. Tetapi akan lebih baik presentasinya apabila penyampaian dan isinya baik didampingi dengan tampilan di layar yang menarik pula. Hal ini akan membuat perserta menjadi tertarik untuk mendengar lebih lanjut.
0 komentar:
Posting Komentar Posting Komentar